Jumat, 06 Juli 2012

For My Last Journey

Keheningan pagi semakin terasa menusuk pikiran, ditemani dengan suara-suara dari toa masjid di dekat sebuah rumah. Udaranya semakin dingin ketika jendela kamar mulai dibuka dan tetesan embun mulai terlihat membasahi pekarangan. Matahari masih bersembunyi dengan tenangnya dialik awan gelap yang masih sedikit diterangi cahaya dari bulan. Dan pikiran ini tertuju pada sebuah kata, yaiutu kerinduan.
Kerinduan ini bukan untuk sesosok wanita yang biasa dirasakan oleh setiap insan laki-laki dikala sendiri. Namun, kerinduan ini untuk sebuah pengalaman, suasana dan untuk sebuah pelajaran. Pulau dewata, suatu pulau yang terletak di sebelah timur pulau jawa. Pulau yang menyimpan sejuta keindahan alam. Pulau yang di dalamnya terdapat kebudayaan yang begitu menawan. Kerinduan ini tertuju pada sebuah pengalaman yang pernah dialami beberapa bulan silam. 
Tenang, damai, senang, gembira dan hura-hura. Perasaan itu yang setiap hari menemani dalam menjalani hari-hari. Sinar bulan purnama yang terklihat indah di pinggir sebuah pantai yang bernama pantai sanur. nol derajat letaknya, seakan kita tidak perlu repot menoleh ke atas, karena bulan itu tepat berada di depan mata kita ini. Ditemani desiran ombak yang berlarian dengan cepatnya, angin pantai yang menusuk-nusuk tulang dan yang tidak pernah ketinggalan adalah minuman khas dari pulau itu, arak. Malam di pantai yang dingin seolah tiba-tiba menjadi hangat ketika arak mulai mengisi perut. Dengan berimajinasi dan berkhayal tentang mimpi dan cita-cita, pikiran seolah melayang mendekati bulan purnama yang terlihat begitu terangnya.Damai, cuma perasaan itu yang terlintas saat itu.
Seakan tidak berhenti disitu. Kerinduan juga tertuju pada sebuah piring rotan dengan kertas coklat diatasnya, berisi lawar merah dengan lengkap lauk dari binatang yang dibilang haram, yaitu babi. Nasi campur, ya...nasi campur istilah makanan itu. Makanan yang selalu menjadi santapan lezat setiap hari dan mengisi perut yang selalu berkata "lapar". Lidah ini seakan masih bisa merasakan betapa nikmatnya makanan itu. Makanan alternatif lain untuk mengganjal perut  lainnya adalah nasi jinggo. Sebuah bungkusan kecil berisi nasi dan beberapa pelengkap selalu menjadi makanan alternatif dikala kantong ini sudah mulai menipis. Lezat dan nikmat jika kita selalu bersyukur untuk apa yang kita dapatkan.
Serta rindu akan adanya kelakuan usil dari seorang anak kecil yang belum berumur genap 2tahun. Gending namanya. Masih ada dipikiran ketika matahari sudah mulai berada di atas kepala ini, dan keringat sudah mulai membasahi kaos, dan tiba-tiba ada sebuah panci alumunium yang terdengar di sebelah telinga. Ya, Gending sudah mulai beraksi untuk membangunkan dari mimpi. Keusilan itu seakan hilang dan belom didapat lagi, ketika sekarang hanya ada kesendirian.
Hampir tiga bulan menjalani dan menghadapi hidup di pulau dewata. Begitu banyak pengalaman dan pelajaran hidup yang didapat dan dapat untuk dijadikan pegangan dalam hidup. Kerinduan pagi ini hanya untuk pulau itu. Kerinduan ini hanya untuk semua perasaan yang bisa hanya didapat disana. Ingin rasanya kembali dan tinggal seumur hidup di pulau itu. Menikmati indahnya pantai-pantai disana dan menikmati kerasnya arak ditemani cahaya bulan.
I miss you, Bali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar